Disudut kota dipenuhi pepohonan yang menari-nari akibat hembusan angin sepoi-sepoi. Tiba-tiba mataku tertuju pada suatu yang ganjil tapi sangat memikat hati. Mata hati fikiran bersatu untuk mecari tahu. Apa gerangan si pemikat itu. tik... tik... tik.... lama ku tertegun hingga tiba suatu sentuhan yang membuatku terlonjak dan kehilangan konsentrasiku. Itu sentuhan temanku yang membuat semuanya pudar, buyar dan menghilang. Tanpa merasa bersalah dan dengan memberi secercah senyuman , hatiku pun luluh karenanya. Dan ku teringat akan sesuatu hal tadi, dan kukembali melihatnya yang membuatku tertegun tadi. Namun, sekarang tiada lagi kulihatnya. Mataku telah menelusuri semuanya namun sia-sia. Seseorang tadi menghilang dalam sekejap saja.
Sendu senja kota yng kemerah-merahan sangat cocok untuk duduk bersantai dengan adikku di jendela rumah sederhana kami. Aku dan dia berandai-anda dengan awan.
"Kak, itu awannya kayak pesawat kan kak?". Tanyanya tiba-tiba.
"Nggak, itu mirip mobil dek".
Dia terdiam sambil memperhatikan kembali awan itu. Mataku tertuju kepada sesuatu yang kulihat kemarin. Sekarang ku melihatnya dilapangan sedang melakukan sesuatu yang tidak jelas bagiku. Namun, semuanya membuatku ingin tahu lebih kepada simisterius ini. Tanpa sadar aku sudah melamu panjang, panjang sekali. Sampai akhirnya Andre adikku memecah lamunanku.
"Kak, awan ini emangkayak pesawwat kak, tu liat ada sayapnya." Jelasnya padaku.
Aku yang melamun pun hanya bisa menjawab seadanya.
"Oh, iya Ndre, hmm... kakak kedepan dulu ya." Kataku sambil mengalihkan semuanya.
Simisterius itu masih berkecamuk di benakku, entah mengapa aku tak tahu. Entah apa yang dimilikinya sehingga aku begitu penasaran kepadanya. Akibat dari semua itu aku melamun kembali sampai temanku mengejutkanku dengan sebuah gedoran di mejaku, sampa-sampai aku tersontak kaget. dengan sedikit kesal aku bertanya padanya.
"Ih, ngapain sih gangguin orang aja, kaget tau!!" kataku dengan kesal
"Seharusnya aku yang marah, aku ngomong dari tadi, eh ternyata kamunya bengong, mikirin apa sih?" Tanyanya ketus kepadaku.
aku hanya menanggapi dengan diam, karena diriku takut jika ku utarakan kepada Erma sahabatku ini, pasti dia akan menertawakanku, karena ku hanya melamun disebabkan si misterius itu.
Sampai lonceng berbunyi aku belum juga menjawab pertanyaanya. Karena kusendiri tak tahu apa yang harus aku jawabkan kepadanya. Belajar di kelas hanya kulalui dengan lamunan-lamunan tak jelasku. Lamunan panjang yang hanya disebabkan pertemuan singkat. Sebenarnya ini bukan pertemuan, namun penglihatan sekilass ku saja. Ternyata demam lamunanku ini tidak hanya dirasakan oleh sahabatku saja, tapi bahkan dirasakan oleh orang tuaku. Sampai suatu ketika ibuku bertanya padaku.
"Nan, apa sih yang sekrang kamu pikirin. kok ngelamun terus?" Tanya mamaku
"Nancy nggak mikirin apa-apa kok ma, cuman lagi nggak enak badan dikit aja ma." jawabku untuk menutupi semuanya.
"Oh, gitu jangan melamun lagi ya Nan." Kata mamaku.
Kuyakin mamaku tahu apa yang kurasakan sekarang ini, namun dia tidak mau masuk terlalu dalam lagi. Sekarang ku mulai risih dengan semua sikapku yang sangat sering melamun. Semua gara-gara si misterius itu. Sudah seminggu yang lewat aku melihatnya dan hanya sekilas saja, namun semuanya mampu membuatku berubah. Memang aneh benar, tapii itulah yang sebenarnya terjadi.
Disekolah, ternyata hati temanku sudah dipenuhi tanda tanya, sehingga dia memaksakan diri untuk bertanya kepadaku.
Komentar