Selain hal-hal di atas, berikut sejumlah gejala gangguan yang terjadi di malam hari seperti dilansir Mirror, Jumat (5/7/2013).
1. Heartburn
Ini bisa jadi gejala: Barrett Esophagus, peradangan lapisan perut (gastritis), peradangan 'pipa makanan' (esofagitis), gastro-esophageal reflux (GERD) atau hiatus hernia.
Dr. Tim Underwood, seorang konsultan bedah lambung dan esofagus serta anggota Heartburn Cancer Awareness Support mengatakan, "Lebih dari 40 persen populasi terserang heartburn pada tahapan tertentu dan sebagian besar tak ada yang salah dengan tubuh mereka."
"Namun jika heartburn-nya terjadi dalam waktu lama dan membandel maka itu tidaklah normal serta harus segera diperiksa. Hal ini bisa berakibat pada perubahan lapisan gullet atau biasa disebut dengan penyakit Barrett Esophagus. Kondisi ini menyebabkan esofagus lebih resisten terhadap asam, tapi lebih rentan terkena kanker," tambahnya.
Beruntung check-up rutin dapat mendeteksi kanker sejak dini. Kondisi ini juga bisa ditanggulangi dengan perubahan gaya hidup untuk mengurangi paparan asam.
"Orang-orang yang bermasalah dengan heartburn kerapkali merasakannya baik di siang maupun malam hari. Tapi di malam hari, Anda hanya berbaring sehingga tak ada bantuan dari gaya gravitasi dan menyebabkan banyak asam yang masuk ke esofagus alias kerongkongan," imbuh Dr. Underwood.
Temui dokter jika: Peradangannya terjadi dalam waktu lama, sulit menelan, berat badan turun, riwayat Barrett Esophagus atau kanker kerongkongan pada keluarga.
2. Gigi bergemeretak atau bruxisme
Ini bisa jadi gejala: Stres, gangguan tidur tertentu, terutama obstructive sleep apnea.
"Di malam hari, kondisi ini berarti gesekan antara rahang dan gigi atau gigi yang bergemeretak. Biasanya bunyinya sampai menyebabkan pasangan tak bisa tidur. Penderita sendiri bisa terkena nyeri rahang dan sakit kepala," jelas Marianne Davey, direktur British Snoring & Sleep Apnoea Association.
Davey menambahkan ini adalah salah satu gangguan tidur yang umum, di urutan ketiga setelah insomnia dan ngorok. Penyebabnya beragam, termasuk stres dan kegelisahan. Bisa juga karena gaya hidup, seperti konsumsi rokok dan kafein secara berlebihan.
"Obat tidur justru akan memperburuk keadaan tapi hipnoterapi dapat membantu mengetahui apa penyebab stres yang dialami penderita," katanya.
Pengobatan lainnya antara lain penggunaan mouth guard (alat pelindung yang menutupi gigi dan gusi agar tak terjadi luka pada gigi, rahang, bibir dan gusi) serta mandibular advancement devices untuk mendorong rahang dan lidah.
"Namun seperti halnya ngorok, Anda dapat mengendalikan bruxisme, tapi tak dapat mengobatinya," imbuh Davey.
Temui dokter jika: Anda merasa menderita stres dan gangguan kegelisahan atau mengidap sleep apnea. Jika bukan karena keduanya, hubungi saja dokter gigi Anda.
3. Berkeringat di malam hari
Ini bisa jadi gejala: Tuberkulosis (TBC), menopause, infeksi lain seperti pneumonia, penyakit darah, termasuk leukemia atau limfoma.
Profesor Peter Davies, seorang konsultan kesehatan dada dan sekretaris yayasan amal TB Alert mengungkapkan, "Saat mengidap TBC, suhu tubuh Anda akan cenderung naik di sore dan malam hari, daripada di siang hari. Kisarannya antara 38-39 derajat Celcius. Kondisinya cukup parah karena Anda akan berkeringat hingga dirasa perlu mengganti seprai saking basahnya."
"Tapi bisa juga itu hanyalah berkeringat biasa. Paling umum adalah selimut Anda terlalu tebal sehingga Anda menjadi kegerahan," tambah Dr. Piccaver.
Temui dokter jika: Keringat yang keluar di malam hari terus berlangsung lebih dari seminggu dan Anda juga merasakan gejala lainnya, termasuk penurunan berat badan, batuk-batuk yang baru hilang setelah tiga mingguan lebih, terutama kalau Anda sampai batuk darah.
Begitu juga ketika Anda lebih mudah memar dari biasanya dan memiliki benjolan di ketiak, pangkal paha atau leher.
4. Beser
Ini bisa jadi gejala: Diabetes, disfungsi dasar panggul (pelvic floor disfunction) dan kondisi uroginekologis lainnya (pada wanita), pembesaran prostat (pada pria).
"Beser di malam hari adalah gejala umum untuk diabetes yang belum terdiagnosis. Kadar gula darah Anda tinggi dan tubuh Anda mencoba mendorongnya keluar lewat urin sehingga Anda menjadi beser," terang Libby Dowling, seorang penasihat klinis dari Diabetes UK.
"Biasanya orang-orang berusia di atas 40 tahun kerap menyepelekannya, padahal gejala ini harus segera diperiksakan. Gejala lainnya seperti minum lebih banyak air dari biasanya dan merasakan kelelahan yang berlebihan," imbuh Libby.
Tak lupa, Libby juga mengungkapkan bahwa jika seorang anak yang sebelumnya jarang ngompol di malam hari mulai kerap mengalaminya, para orangtua biasanya mengira ini karena anaknya ada masalah di sekolah. Padahal ini juga berarti peringatan adanya gejala diabetes tipe 1.
Temui dokter jika: Ini adalah masalah atau gejala yang baru muncul belakangan, terutama jika Anda memiliki faktor risiko diabetes tipe 2 lainnya seperti riwayat diabetes pada keluarga dekat.
5. Kram kaki
Ini bisa jadi gejala: Pola makan yang buruk, pengaruh obat-obatan tertentu, terutama diuretik.
"Kram kaki bisa jadi pertanda kekurangan nutrisi elektrolit berupa potassium dan magnesium yang sedianya membantu mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh. Hal ini juga berpengaruh terhadap fungsi otot. Sedangkan magnesium dibutuhkan untuk membantu impuls-impuls saraf di sepanjang jaringan otot, sehingga Anda akan mengalami kram jika tak mendapatkannya," ujar pakar nutrisi Kim Pearson.
Penuhi asupan magnesium dari konsumsi biji labu, ikan dan sayuran hijau. Untuk potassium, bisa konsumsi pisang atau suplemen.
Kram kaki pada orang yang sehat dan bugar juga terjadi akibat rendahnya kadar garam dalam tubuhnya, apalagi jika ia terlalu banyak berolahraga dan berkeringat.
"Jadi jangan terlalu menghindari makanan olahan karena itu adalah sumber garam dalam makanan. Tambahkan sedikit saja pada makanan Anda," saran Kim.
"Bisa juga dengan minum banyak air putih, atau yang terbaik adalah teh herbal. Air kelapa juga hidrator yang bagus karena mengandung elektrolite," tambahnya.
Temui dokter jika: Anda juga memiliki gangguan kardiovaskular.
1. Heartburn
Ini bisa jadi gejala: Barrett Esophagus, peradangan lapisan perut (gastritis), peradangan 'pipa makanan' (esofagitis), gastro-esophageal reflux (GERD) atau hiatus hernia.
Dr. Tim Underwood, seorang konsultan bedah lambung dan esofagus serta anggota Heartburn Cancer Awareness Support mengatakan, "Lebih dari 40 persen populasi terserang heartburn pada tahapan tertentu dan sebagian besar tak ada yang salah dengan tubuh mereka."
"Namun jika heartburn-nya terjadi dalam waktu lama dan membandel maka itu tidaklah normal serta harus segera diperiksa. Hal ini bisa berakibat pada perubahan lapisan gullet atau biasa disebut dengan penyakit Barrett Esophagus. Kondisi ini menyebabkan esofagus lebih resisten terhadap asam, tapi lebih rentan terkena kanker," tambahnya.
Beruntung check-up rutin dapat mendeteksi kanker sejak dini. Kondisi ini juga bisa ditanggulangi dengan perubahan gaya hidup untuk mengurangi paparan asam.
"Orang-orang yang bermasalah dengan heartburn kerapkali merasakannya baik di siang maupun malam hari. Tapi di malam hari, Anda hanya berbaring sehingga tak ada bantuan dari gaya gravitasi dan menyebabkan banyak asam yang masuk ke esofagus alias kerongkongan," imbuh Dr. Underwood.
Temui dokter jika: Peradangannya terjadi dalam waktu lama, sulit menelan, berat badan turun, riwayat Barrett Esophagus atau kanker kerongkongan pada keluarga.
2. Gigi bergemeretak atau bruxisme
Ini bisa jadi gejala: Stres, gangguan tidur tertentu, terutama obstructive sleep apnea.
"Di malam hari, kondisi ini berarti gesekan antara rahang dan gigi atau gigi yang bergemeretak. Biasanya bunyinya sampai menyebabkan pasangan tak bisa tidur. Penderita sendiri bisa terkena nyeri rahang dan sakit kepala," jelas Marianne Davey, direktur British Snoring & Sleep Apnoea Association.
Davey menambahkan ini adalah salah satu gangguan tidur yang umum, di urutan ketiga setelah insomnia dan ngorok. Penyebabnya beragam, termasuk stres dan kegelisahan. Bisa juga karena gaya hidup, seperti konsumsi rokok dan kafein secara berlebihan.
"Obat tidur justru akan memperburuk keadaan tapi hipnoterapi dapat membantu mengetahui apa penyebab stres yang dialami penderita," katanya.
Pengobatan lainnya antara lain penggunaan mouth guard (alat pelindung yang menutupi gigi dan gusi agar tak terjadi luka pada gigi, rahang, bibir dan gusi) serta mandibular advancement devices untuk mendorong rahang dan lidah.
"Namun seperti halnya ngorok, Anda dapat mengendalikan bruxisme, tapi tak dapat mengobatinya," imbuh Davey.
Temui dokter jika: Anda merasa menderita stres dan gangguan kegelisahan atau mengidap sleep apnea. Jika bukan karena keduanya, hubungi saja dokter gigi Anda.
3. Berkeringat di malam hari
Ini bisa jadi gejala: Tuberkulosis (TBC), menopause, infeksi lain seperti pneumonia, penyakit darah, termasuk leukemia atau limfoma.
Profesor Peter Davies, seorang konsultan kesehatan dada dan sekretaris yayasan amal TB Alert mengungkapkan, "Saat mengidap TBC, suhu tubuh Anda akan cenderung naik di sore dan malam hari, daripada di siang hari. Kisarannya antara 38-39 derajat Celcius. Kondisinya cukup parah karena Anda akan berkeringat hingga dirasa perlu mengganti seprai saking basahnya."
"Tapi bisa juga itu hanyalah berkeringat biasa. Paling umum adalah selimut Anda terlalu tebal sehingga Anda menjadi kegerahan," tambah Dr. Piccaver.
Temui dokter jika: Keringat yang keluar di malam hari terus berlangsung lebih dari seminggu dan Anda juga merasakan gejala lainnya, termasuk penurunan berat badan, batuk-batuk yang baru hilang setelah tiga mingguan lebih, terutama kalau Anda sampai batuk darah.
Begitu juga ketika Anda lebih mudah memar dari biasanya dan memiliki benjolan di ketiak, pangkal paha atau leher.
4. Beser
Ini bisa jadi gejala: Diabetes, disfungsi dasar panggul (pelvic floor disfunction) dan kondisi uroginekologis lainnya (pada wanita), pembesaran prostat (pada pria).
"Beser di malam hari adalah gejala umum untuk diabetes yang belum terdiagnosis. Kadar gula darah Anda tinggi dan tubuh Anda mencoba mendorongnya keluar lewat urin sehingga Anda menjadi beser," terang Libby Dowling, seorang penasihat klinis dari Diabetes UK.
"Biasanya orang-orang berusia di atas 40 tahun kerap menyepelekannya, padahal gejala ini harus segera diperiksakan. Gejala lainnya seperti minum lebih banyak air dari biasanya dan merasakan kelelahan yang berlebihan," imbuh Libby.
Tak lupa, Libby juga mengungkapkan bahwa jika seorang anak yang sebelumnya jarang ngompol di malam hari mulai kerap mengalaminya, para orangtua biasanya mengira ini karena anaknya ada masalah di sekolah. Padahal ini juga berarti peringatan adanya gejala diabetes tipe 1.
Temui dokter jika: Ini adalah masalah atau gejala yang baru muncul belakangan, terutama jika Anda memiliki faktor risiko diabetes tipe 2 lainnya seperti riwayat diabetes pada keluarga dekat.
5. Kram kaki
Ini bisa jadi gejala: Pola makan yang buruk, pengaruh obat-obatan tertentu, terutama diuretik.
"Kram kaki bisa jadi pertanda kekurangan nutrisi elektrolit berupa potassium dan magnesium yang sedianya membantu mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh. Hal ini juga berpengaruh terhadap fungsi otot. Sedangkan magnesium dibutuhkan untuk membantu impuls-impuls saraf di sepanjang jaringan otot, sehingga Anda akan mengalami kram jika tak mendapatkannya," ujar pakar nutrisi Kim Pearson.
Penuhi asupan magnesium dari konsumsi biji labu, ikan dan sayuran hijau. Untuk potassium, bisa konsumsi pisang atau suplemen.
Kram kaki pada orang yang sehat dan bugar juga terjadi akibat rendahnya kadar garam dalam tubuhnya, apalagi jika ia terlalu banyak berolahraga dan berkeringat.
"Jadi jangan terlalu menghindari makanan olahan karena itu adalah sumber garam dalam makanan. Tambahkan sedikit saja pada makanan Anda," saran Kim.
"Bisa juga dengan minum banyak air putih, atau yang terbaik adalah teh herbal. Air kelapa juga hidrator yang bagus karena mengandung elektrolite," tambahnya.
Temui dokter jika: Anda juga memiliki gangguan kardiovaskular.
Komentar