METODE MEMPELAJARI FILSAFAT
Menggunakan
nictode sistematis berarti
pelajar menghadapi karya filsafat. Misalnya
mula-mula Pelajar menghadapi teori pengetah Ha 11 yang terdiri atas
beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia
mempelajari teori hakikat yang
merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau
filsafat nilat. Pembagian besar ini dibagi
lebih khusus dalam sistematika filsafat. Tatkala membahas setiap cabang
atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas. Dengan
belajar filsafat melalui metode ini
perhatian kita terpusat pada isi
filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada
periode.
Ada pun
nictode historis digunakan bila para
pelajar mempelajari filsafat dengan cara
mengikuti sejarahnya, jadi sejarah pemikiran. Ini dapat
dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh
menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnva
dimulai dari membicarakan filsafat
Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok
ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori
hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dengan
membicarakan Anaximandros, misalnya, lalu Socrates, lalu Rousseau, lantas
Kant, dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer
Tokoh dikenalkan, kemudian ajarannya. Mengenalkan tokoh
memang perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat
dengan lingkungan, pendidikan, kepentingannya. Dalam
menggunakan metode historis dapat pula
pelajar menempuh cara lain, yaitu
dengan cara membagi babakan sejarah
filsafat. Misalnya mula-mula dipelajari filsafat kuno
(anc-ient phi/osophy). Ini biasanya sejak
Thales sampai menjelang Plotinus, dibicarakan
tokoh-tokohnya, ajaran masing-masing, ciri umum filsafat
periode itu. Kemudian para pelajar menghadapi filsafat Abad Pertengahan
(middle philosophy), lalu filsafat abad
modern (modern phi- /osophy).
Variasi cara mempelajari filsafat dengan metode historis cukup banyak.
Yang pokok, mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis
berarti mempelajari filsafat secara kronologis. Untuk pelajar pemula
metode ini baik digunakan.
Metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari
filsafat tingkat intensil. Pelajar haruslah sedikit banyak telah
memiliki pengetahuan filsafat. Pelajaran filsafat pada tingkat
sekolah pascasarjana sebaiknya menggunakan metode ini. Di Si ni
pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis
ataupun historis. Langkah pertama ialah memahami isi
ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam
bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang
dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan menggunakan
pendapatnya sendiri ataupun dengan menggunakan pendapat filosof
lain. Jadi, jelas pengetahuan ala kadarnya, tatkala memulai pelajaran, amat diperlukan dalam
belajar filsafat dengna metode ini.
CARA SEDERHANA BELAJAR FILSAFAT
ika semua gerak adalah tarian dan semua suara adalah
nyanyian, maka kita harus sepakat bahwa semua tempat adalah sekolah dan semua
orang adalah guru (anonim)
- I. PENDAHULUAN
Filsafat adalah
ilmu tua yang tetap eksis dan konteks sepanjang zaman, saat ini filsafat
dianggap suatu materi yang sangat sulit dipahami dikarenakan beratnya
materi-materi yang terkandung dalam filsafat. Orang bahkan mengklaim bahwa
bukanlah filsafat jika tidak terjadi kebingungan saat proses belajar filsafat.
Dengan demikian banyak penulis buku filsafat yang berupaya menyajikan buku-buku
filsafat dengan gaya
bahasa yang lebih ringan agar mudah dipahami pebaca apalagi pemula bagi ilmu
filsafat. Dengan demikian maka tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan sedikit
pemahaman atau sekedar mengingatkan kepada siapa pun yang memiliki minat
terhadap konsep filsafat. Filsafat sebenarnya telah hadir di sela-sela
kehidupan kita, namun banyak orang tidak menyadari hal itu. Mungkin kita pernah
berfikir secara radikal mempertanyakan dan menggugat segala sesuatu yang telah
dikonsepsikan karena filsafat tidak pernah tuntas/final karena selalu ada
kritik terhadap ilmu-ilmu yang telah ada. Dalam filsafat selalu ada pertanyaan
yang dimunculkan secara radikal untuk mengetahui secara mendalam suatu objek
pengamatan/pembahasan. Dengan demikian semoga pemikiran di bawah ini sedikti
membantu untuk memahami dasar-dasar filsafat. Selamat membaca dan berdiskusi.
- II. KUALITAS PERSONAL
- Menumbuhkan motivasi
Motivasi
didefenisikan sebagai dorongan (dorongan sokongan moril) yang menjadi alasan
dan tujuan dari sebuah tindakan, oleh karena itu sebelum seseorang ingin
mempelajari filsafat harus merefleksikan dirinya apakah latar belakang ia
mempelajari filsafat? Apa tujuan individu mempelajari filsafat? Apa dorongan
yang membuatnya belajar filsafat? Ada
berbagai tujuan seseorang menyelami dunia filsafat diantaranya adalah untuk
peningkatan kapasitas intelektual tentang filsafat, untuk gagah-gagahan sebagai
bentuk kesombongan akan kehebatannya berfilsafat, untuk diaplikasikan dalam
tindakan kehidupan sehari-hari, atau mungkin sekedar iseng, silahkan pembaca
menambahkan sendiri tujuan pembaca mempelajari filsafat. Kendati beragamnya
latar belakang di atas namun yang harus diingat bahwa pada hakikatnya jika
seseorang mempelajari filsafat dengan baik maka akan terlihat dalam akhlak
moralitasnya sebagai orang yang makin bijaksana dalam mendinamikai kehidupan.
Hal ini senada dengan terminologi filsafat yang cinta akan kebenaran, cinta
akan kebijaksanaan, cinta akan kecintaan. Harus ada tujuan untuk menjadi
filsuf-filsuf modern yang senantiasa menjadi pencinta sejati (cinta kepada
Tuhan, sesama manusia dan alam semesta), menjadi orang bijak di tengah
hiruk-pikuk keduniaan di zaman yang serba canggih ini. Manusia mungkin saja
dengan mudah menjadi pintar namun belum tentu dengan mudah menjadi bijaksana,
banyak orang pintar di era ini, namun sedikit sekali kita temukan orang bijak
bak mencari jarum di tumpukan jerami atau mencari mutiara di samudera luas.
Jika tujuan
mempelajari filsafat hanya untuk keangkuhan intelektual, arogansi intelektual
serta untuk sekedar menunjukkan kehebatan intelektualnya di publik, maka itu
bukan tujuan sejati berfilsafat. Realitas membuktikan banyak orang mempelajari
filsafat dengan tujuan kesombongan, agar dibilang filsuf muda, agar mendapat
pengakuan dari orang lain. Hal ini harus ditepis dari niatan tulus seorang
pelajar mula karena akan berdampak bagi dirinya selama proses mempelajari
filsafat dan efeknya saat out put mempelajari filsafat. Untuk itulah
sebelum mempelajari filsafat mari luruskan niat yang positif sesuai hakikat
filsafat itu sendiri. Seorang sarjana filsafat belum tentu mampu membumikan
nilai-nilai dari filsafat dimana ia hidup, bahkan orang yang tidak pernah
belajar filsafat secara formal tanpa disadari telah berfilsafat dan berdampak
baik bagi orang-orang di sekelilingnya.
Motivasi dibagi
menjadi dua yakni secara internal (diri) dan secara eksternal (lingkungan),
secara internal maupun eksternal harus dibangun suatu mindset yang
positif terhadap filsafat. Secara internal kita perlu menyadari kapasitas dan
bakat bawaan kita sebagai manusia yang bisa mempelajari apa pun ilmu di dunia
ini. Mempelajari filsafat juga adalah mempelajari diri sendiri dengan demikian
kita bisa memahami Tuhan sebagai penguasa jagat raya sesuai pepatah arab “barang
siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya”. Secara eksternal kita
perlu bergaul dengan orang-orang yang dekat dengan filsafat dan punya
pengetahuan lebih tentang filsafat selain itu kita perlu mengamati gejala alam
sebagai realitas dan objek kajian filsafat yang memberikan suasana menakjubkan
bagi manusia. Peningkatan motivasi eksternal juga ditingkatkan lewat membaca
sebanyak-banyaknya biografi para filsuf ternama untuk meningkatkan motivasi
diri agar bisa mencontohi para filsfuf yang luar biasa itu. Setiap orang punya
cara/metode yang berbeda-beda dalam menumbuhkan motivasi ini olehkarena itu,
tidak dilarang menggunakan metode apa pun yang terpenting bisa efektif, efisien
dan enjoy dalam membangun semangat berfilsafat baik secara teoritis maupun
tindakan, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selamat
menumbuhkna motivasi.
- Meluaskan paradigma
Paradigma
merupakan contoh; tasrif; teladan; pedoman; dipakai untuk menunjukkan gugusan
sistem pemikiran; bentuk kasus dan pola pemecahannya. (Maulana dkk, 2011).
Dengan demikian maka paradigma menyangkut kerangka berfikir, sistem berfikir,
cara berfikir, metode berfikir yang kesemuanya menyangkut pandangan manusia
terhadap segala sesuatu. Jika kita mempelajari filsafat maka kita harus memiliki
landasan yang kokoh diantaranya adalah luasnya wacana intelektual kita tentang
segala ilmu baik ilmu alam, bahasa, agama, maupun ilmu sosial lainnya. Hal ini
dikarenakan semua ilmu itu awalnya adalah filsafat itu sendiri, filsafat
menjadi induk ilmu pengetahuan bahkan pendamping ilmu pengetahuan. Kerangka
filsafat juga dipakai dalam menelaah ilmu pengetahuan. Dengan demikian secara
konkrit kita wajib mendalami ilmu-ilmu alam seperti matematika, kimia, fisika,
biologi, kosmologi dan sebagainya, ilmu sosial seperti ekonomi, antropologi,
estetika, etika, geografi, sejarah, agama serta ilmu bahasa dan sastra, di lain
sisi kita perlu mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan kerangka epistimologi
seperti logika, analogi, silogisme, teori kebenaran, mazhab berfikir, kerangka
berfikir, metode ilimiah dan sebagainya sehingga menambah wawasan kita dan
menjadi bekal dalam mempelajari filsafat. Keluasan wawasan akan sangat membantu
pelajar dalam mempelajari filsafat, karena bagaimana pun juga akan ada
keterkaitan antara segala ilmu dengan filsafat itu sendiri. Contoh-contoh dalam
filsafat pun diejawantahkan melalui ilmu-ilmu yang sebelumnya telah kita
pelajari.
- Memunculkan inspirasi
Inspirasi
diartikan sebagai intuisi; ilham; pengaruh (dari dalam yang membangkitkan kreatif;
penarikan napas ke dalam). (Maulana dkk, 2011). Dengan pengertian seperti di
atas maka kita patut mempertanyakan bagaimana mendatangkan ilham itu? Bagaimana
memunculkan pengaruh luar biasa yang membangkitkan kreativitas? Banyak cara
yang dilakukan manusia dalam menggapai inspirasi maksimal, ada yang mengambil
jalan meditasi, memandang pemandangan indah alam semesta, saat hendak tidur
malam hingga terbawa dalam mimpi, memandang orang yang dicintai, bahkan ada
satu cerita menarik seseorang dapat mendapatkan inspirasi dikala sedang berada
di dalam WC, sambil BAB dengan sebatang rokok di tangan sesekali mengisap rokok
tersebut sambil angan-angannya/imajinasinya melayang liar di alam ide untuk
mencari inspirasi yang diinginkannya. Mungkin pembaca punya cara lain dalam
memunculkan inspirasi berharga. Inspirasi adalah hal menarik dan mewah yang
secara gratis dapat kita peroleh, oleh karena inspirasi sangat penting dalam
realitas kehidupan kita.
Dalam kaitannya
dengan filsafat kita dapat mencontohi Abraham/Ibrahim AS dalam mencari tahu
Tuhannya, Abraham terinspirasi lewat alam dan memadukan antara inspirasi dan
penasaran serta mengambil kesimpulan dari sesuatu yang membingungkan,
mencengangkan dan menakjubkan. Mungkinkah kita melakukan hal yang sama? Alam
adalah lahan inspirasi yang sangat luar biasa? Mari kita berfilsafat dengan
menghadirkan berbagai macam pertanyaan inspirasi, siapakah perancang alam
semesta ini? Bagaimana caranya menciptkan alam dan manusia? Dari mana asal
manusia? Jika mati manusia akan kemana? Apakah suatu saat alam akan musnah?
Apakah ada kehidupan lain di planet lain selain bumi? Apakah benar ada
malaikat, iblis dan jin? Dimanakah makhluk-makhluk itu tinggal? Mungkin pembaca
akan menambah daftar pertanyaan lagi agar semakin banyak pertanyaan dan mari
bersama berfilsafat untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang kita ajukan
sendiri. Mungkinkah jawaban kita akan berbeda dan beragam?
- III. ALUR BELAJAR
- Belajar sejarah Filsafat
Banyak orang
tertarik dengan filsafat melalui sejarahnya, hal ini dibuktikan dengan
menariknya membaca biografi para tokoh filsuf yang menginspirasi serta
memotivasi pembaca untuk senantiasa bisa seperti tokoh yang dikaguminya itu.
Orang merasa bangga ketika berbicara di forum-forum ilimiah dengan mengutip
kata-kata, teori, hipotesis bahkan ajaran filosof dari sang filsuf yang
dihormatinya. Tokoh-tokoh filsuf laksana nabi-nabi yang juga mengajarkan ajaran
dan pemikirannya bahkan memiliki pengikut yang banyak. Tokoh filsuf dengan
pemikirannya mampu mempengaruhi dunia dan menyelinap masuk ke sendi-sendi
kehidupan umat manusia. Jika kita amati perkembangan sejarah filsafat tentu
kita bisa lihat filsafat berawal dari mitologi (mitos) yang berubah wujud
secara perlahan ke arah filsafat, zaman patristik, awal skolastik, keemasan
skolastik, akhir abad pertengahan, zaman modern (1600-1800 M), zaman baru
(1800-1950 M) hingga pada era milenium zaman IPTEK saat ini. Pergeseran dari
mitos kemudian menjadi pemikiran filsafat bahkan dalam hubungannya dengan
konsep agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul serta berakhir dengan zaman
Ilmu pengetahuan tekonologi Informatika yang jika kaitkan dengan teori tiga
tahapnya Auguste Comte, maka bisa kita lihat pergulatan panjang pemikiran
filsafat manusia dalam mengawal sejarah panjang kehidupan manusia mengalami
pasang surut, tambal sulam, saling menggugurkan, saling menguatkan yang kita
kenal dengan hukum dialektika yang berisi tentang tesis, anti tesis dan
sintesis. Pemikiran filsafat terus bergumul dan berdialektika dengan dikawal
ketat oleh sang waktu, suatu teori baru (tesis) yang dimunculkan oleh seorang
filsuf tidak serta merta menjadi permanen namun akan mengalami goncangan ketika
ada lagi teori baru (anti tesis) dalam hal yang sama yang tidak bisa dihindari
benturan antar pemikiran ini dan akan melahirkan suatu perspektif baru hasil
pergumulan dua teori/pemikiran tadi dalam membentuk teori/pemikiran baru
(sintesis), bahkan suatu waktu sintesis ini pun dapat menjadi tesis baru saat
ada pemikiran baru yang muncul dan berusahan untuk menyerang atau membantahnya.
Begitulah seterusnya secara kontinue pemikiran-pemikiran itu datang silih
berganti dalam mewarnai sejarah pemikiran filsafat manusia. Dinamika pergulatan
pemikiran selalu bersamaan dengan nama besar tokohnya serta waktu yang
senantiasa setia menemani serta berbagai peristiwa penting yang
melatarbelakangi munculnya pemikiran besar itu. Jika kita berada dalam
forum-forum ilimiah filsafat maka telinga kita tidak akan asing dengan berbagai
nama besar tokoh filsuf dengan masing-masing ciri khas pemikirannya sehingga
membuat para pelajar mula filsafat sedikit demi sedikit beradaptasi dengan
lingkungan filsafat, jika nama-nama itu sudah tidak asing lagi di telinga tentu
dengan naluri dasar penasaran manusia akan mencari tahu latar belakang tokoh
tersebut, kapan dan dimana dilahirkan? Dibesarkan dimana? Bagaimana latar
belakang keluarganya? Hidup di zaman apa? Bagaimana dunia pendidikannya? Serta
berbagai macam seluk-beluk terkait filsuf tersebut. Perlu diingat membaca
biografi adalah hal yang sangat menyenangkan karena selain memberikan inspirasi
dan motivasi bagi pembaca, tentu mendapatkan pengetahuan tambahan serta
memahami latar belakang sejarahnya. Buku-buku biografi ada yang disajikan dalam
bentuk kumpulan tokoh seperti karya kontroversinya Michael H. Hart dalam 100
tokoh paling berpengaruh di dunia selain itu ada yang tersaji dalam satu buku
hanya satu tokoh, dalam bentuk apa pun yang namanya buku biografi tetaplah
menarik untuk ditelaah para pelajar. Dalam mempelajari sejara filsafat kita
perlu memahami entitas waktu yang selain dibagi dalam berbagai babak kehidupan
juga mesti memahami perbedaan antara tahun dalam kategori Masehi (M) dan
Sebelum Masehi (SM) sehingga tidak terjadi kerancuan dan kebingungan para
pelajar filsafat, dengan demikian dapat dipisahkan dengan jelas siapa saja
filsuf yang hidup di zama Sebelum Masehi (M) dan siapa Filsuf yang hidup di
tahun Sebelum Masehi (SM). Selain itu dengan berbagai macam pengelompokan jenis
filsafat masing-masing filsuf diantaranya Filsafat klasik pra Sokrates
(Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pytagoras, Herakleitos, Perminides,
Leukippos, Demokritus, Zeno, Gorgias serta Filsafat Sofisme), Filsafat
Klasik (Sokrates, Plato dan Aristoteles), Filsafat Pra Materialistik
seperti Rasionalisme (Rene Descartes, De Spinoza dan Leibniz), Idealisme (J.G.
Fichte, F.W.U. Schelling dan G.W.F. Hegel) dan Empirisme (Francis Bacon, Thomas
Hobbes, John Locke, George Berkeley, David Hume dan Herbert Spencer), Kritisisme-nya
Imanuel Kant, Positivisme Auguste Comte, Pragmatisme (William
James dan John Dewey), Fenomenologisme, Eksistensialisme (Martin
Hidegger, J.P Sartre dan Gabriel Marcel), Renaissance dan Humanisme,
Materialeisme-nya Karl Marx, Filsafat Hidup dari Henri Bergson,
Sekularisme (George Jacub Holyoake), Filsafat Islam (Al-Kindi,
Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd), (Hakim dan Saebani, 2008).
Pembagian
ikhtisar Sejarah Filsafat juga dibagi menjadi lima babak yakni zaman Weda (2000-2600
SM), zaman skeptisisme (200-300 SM), Zaman Puranis (300-1200), zaman
muslim (1200-1757) dan zaman modern (setelah 1757). (Hamersma, 2008)
Banyak juga
referensi-refernsi buku yang membahas perkembangan sejarah pemikiran filsafat
manusia dengan berbagai metode penulisan dan gaya bahasa yang berusaha untuk mengulas
dengan baik sejarah filsafat, ada yang membahas rentetan sejarah secara panjang
lebar, ada yang dibahas dalam bentuk novel menarik seperti Dunia Shopis karya
Justin Garder.
Ada beberapa pertanyaan
reflektif kritis yang ingin diajukan pada kesempatan ini diantaranya apakah
filsafat masih menjadi The Mother of Science? Ataukah The Master of
Science? Atau saat ini filsafat hanya menjadi pendamping ilmu-ilmu modern?
Mungkinkah peranan filsafat menjadi lain di era modern saat ini? Kita saksikan
apa yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang?
- Belajar dari metodologi filsafat
Metodologi
mempelajari filsafat terbagi menjadi 3 bagian besar yakni ontologi,
epistimologi dan aksiologi. Metodologi ini juga menjadi landasan terbentuknya
kerangka dasar ideologi, apakah ketiga hal ini harus secara sempurnah menjadi
syarat mutlak kerangka dasar filsafat? Bagaimana jika hanya salah satunya saja
yang ada? Atau mungkin hanya dua yang ada?. Untuk itu mari kita lihat
pembahasan singkat ketiga konsep di atas.
- Ontologi
Ontologi adalah
cabang metafisika yang membicarakan watak realitas tertinggi atau wujud.
(Maulana dkk, 2011). Ontologi sebenarnya berbicara terkait “hakikat” dari suatu
wujud, untuk itu pertanyaan yang identik dengan ontologi adalah “apa?”. Apa
hakikat dari sesuatu yang merujuk pada wujud esensial dari segala sesuatu?
Apakah hakikat yang dikaji? (Suriasumantri, 2001). Jika konsep ontologi tidak
ada maka dengan sendirinya wujud juga tidak ada, jika wujud tidak ada maka
bagaimanakah kita membahas segala sesuatu yang tidak memiliki wujud? Bagaimana
caranya membahas segala sesuatu yang tidak memiliki hakikat? Orang pasti
kebingungan untuk membahas sesuatu yang tidak punya realitas. Dengan pentingnya
konsep ontologi maka menjadi syarat mutlak kerangka dasar filsafat.
Istilah hakikat wujud berarti wujud sebagai hakikat sebelum dibagi
menjadi subjektif (konsep, ide) dan objektif (realitas). “hakikat wujud”
mengacu pada arti awal keberadaan secara mutlak dan umum, sehingga kontradiktif
dari al-wujud (keberadaan/eksistensi) adalah al-adam (ketiadaan).
- Epistimologi
Epistimologi
sebenarnya adalah teori pengetahuan yang disimbolkan dalam kalimat tanya
“Bagaimana?”. Epistimologi dapat dikatakan sebagai sambungan dari ontologi
yakni bagaimana mempelajari hakikat dalam konsep ontologis? Bagaimana
memperoleh pengetahuan yang benar? Bagaimana pengetahuan menjelaskan
pengetahuan? Bagaimana pengetahuan memunculkan pengetahuan baru? Sampai tahap
mana pengetahuan yang mungkin ditangkap manusia?. Dengan demikian konsep
epistimologi membahas juga tentang alat memperoleh pengetahuan misalnya indera
(mata, telinga, hidung, lidah, kulit), rasio (akal/logika), hati secara
intuitif, alam/objek, serta teks skriptualis, bahkan mungkin juga ada
alat/sumber pengetahuan yang lain sehingga tentu ada pengkajian lanjutan
terkait Konsep epistimologi senantiasa menggunakan metode ilimiah dan struktur
pengetahuan ilimiah sehingga kita dapat membedakan jelas antara pengetahuan dan
ilmu. Apakah itu pengetahuan dan bagaimana perbedaannya dengan ilmu?.
Ada beberapa pertanyaan
yang diajukan oleh Ayatullah Murtadha Muthahhari yakni mungkinkah manusia
memiliki pengetahuan? Mungkinkah kita memahami hakikat manusia? Serta
penjelasan terkait kaum sophisme yang menyajikan argumen mengenai ketidakmungkinan
manusia memiliki pengetahuan karena mengetahui adalah sesuatu yang mustahil
akibat dari ketidakpercayaannya terhadap alat dan instrumen pengetahuan yang
digunakan yakni indera dan rasio. (Murthada Muthahhari, 2010)
- Aksiologi
Aksiologi
adalah penyelidikan terhadap nilai/martabat dan tindakan manusia (Cabang dari
filsafat) sedangkan aksiolog adalah pakar/ahli aksiologi. (Maulana dkk, 2011).
Aksiologi merupakan konsep yang mengatur tentang nilai-nilai (value’s)
atau manfaat dari ilmu/filsafat yang diidentikan dengan kalimat interogasi “apa
manfaatnya? Atau apa nilai-nilai yang terkandung?”. Dengan demikian maka ada
hubungan dengan teori kebenaran pragmatik bahwa ilmu dapat benar ketika
memiliki manfaat bagi pengguna ilmu atau masyarakat secara umum dimana pun,
kapan pun dan dalam keadaan yang bagaimana pun.
- Belajar materi filsafat
Materi-materi
filsafat diantaranya adalah sejarah filsafat itu sendiri, kerangka
dasar/metodologi filsafat, kumpulan teori/hipotesis, pemikiran dari para filsuf
sesuai zamannya serta aplikasi dari ilmu filsafat yang dipelajari. Selain itu
materi filsafat saat ini dipelajari dalam cabang-cabang ilmu filsafat
diantaranya epistemologi, logika, kritik ilmu-ilmu, metafisika, antropologi,
kosmologi, etika, estetika, sejarah filsafat. (Hamersma, 2008). Filsafat pun
mulai termanifestasi dalam berbagai ilmu seperti filsafat ilmu, filsafat
pendidikan, filsafat agama, filsafat ke-Tuhanan, filsafat bahasa dan berbagai
aplikasi lainnya yang dipelajari secara terus-menerus hingga saat ini.
- Metode Teknis
Teknis belajar
filsafat secara sederhana hampir sama dengan belajar ilmu-ilmu lain yakni
melalui membaca, mengkaji, mendiskusikan, membedah, menulis serta menyampaikan
ulang apa yang sudah dipelajari melalui forum-forum ilimiah baik melalui perkuliahan,
seminar, diskusi panel dan lain sebagainya. Jika kitapunya media pembelajaran
yang lengkap maka kita bisa menggunakan dunia maya sebagai media untuk
melakukan hal-hal teknis di atas, kita juga bisa menggunakan media elektronik
lainnya untuk mengkonkritkan hal-hal teknis di atas. Hal-hal teknis ini harus
menjadi tradisi karena kelihatannya sepele namun akan berdampak bagi
pengetahuan kita tentang filsafat.
- IV. PEMBUMIAN FILSAFAT DALAM HIDUP
- Kehidupan sehari-hari
Orang yang
belajar filsafat dan berfilsafat dinamakan filsuf, sehingga seorang filsuf
adalah orang yang sangat bijaksana dalam menanggapi berbagai persoalan yang ada
di sekitarnya. Dampak dari belajar filsafat sebenarnya tercermin dalam perilaku
kita sehari-hari, apakah dengan belajar filsafat manusia semakin bijaksana?
Paska belajar filsafat secara tuntas adakah berimplikasi bagi kecintaan manusia
terhadap Tuhan, sesama manusia maupun alam?. Orang berfilsafat seyogyanya
menjadi pencinta sejati serta senantiasa menyadari makna di balik segala
sesuatu yang terjadi di dalam kehidupannya.
Sebagai kaum
akademisi (pelajar, mahasiswa, guru, dosen) seharusnya memaknai betul bagaimana
metode ilimiah dalam epistemologi filsafat, sehingga segala tindak tanduknya
senantiasa berdasarkan metode berfikir ilimiah dan berbuat berdasarkan kerangka
acuan yang jelas. Seorang akademisi sangat anti terhadap tindakan kejahatan
akademik seperti plagiator, mencontek saat ujian di kelas serta kebohongan
ilimiah lainnya yang sering terjadi belakangan ini. Sebagai seorang agamawan
harus mampu merasionalkan ajaran agama secara cerdas agar dapat diterima oleh
umat yang dipimpinnya sehingga tidak ada kecenderungan mempercayai agama secara
doktrinal atau dogmatis. Sebagai abdi negara (PNS) selayaknya memahami tugas
dan tanggungjawabnya sebagai pelayan masyarakat serta dalam profesi apa pun
nilai-nilai filosofis profesi dan keahlian kita senantiasa tertanam kokoh
sehingga berdampak baik bagi institusi tempat bekerja serta bagi kepentingan
umum.
- Falsafah dan orientasi hidup
Dengan belajar
filsafat manusia seharusnya memiliki prinsip yang kokoh dalam memaknai
kehidupannya, manusia akan bertanya dari manakah ia datang? Untuk apa di dunia
ini? Berapa lama ia tinggal dan hidup di dunia? Serta akan kemanakah manusia
setelah kematiannya? Mampukah manusia menerawang akhir dari kehidupannya?.
Begitu banyak pertanyaan filosofis kehidupan yang harus kita ajukan buat diri
sendiri maupun kepada siapa pun yang menjadi kenalan kita agar jangan main-main
dengan kehidupan ini, agar jangan sia-siakan hidup yang singkat ini. Jika
manusia berfilsafat dengan kaffah akan menjadikan orientasi hidupnya
lebih bermakna bahkan mungkin melebihi para agamawan. Contohnya jika dia
memahami kosmologi tentu manusia tidak seenaknya merusak alam semesta ini, jika
manusia mengetahui konsep antropologi tentu tidak ada kekacauan di dunia ini,
jika manusia memahami dengan baik etika dan estetika maka keindahan dan
kenyamanan hidup akan tercapai. Filsafat terasa begitu indah nan bermakna bagi
kehidupan manusia namun kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Semakin manusia
berfilsafat ia akan menyadari bagaimana belajar dari alam, apakah filsafat ilmu
padi itu? Semakin berilmu semakin merunduk, filsafat jari yang mengindikasikan
satu jari mencelah orang namun ternyata empat jari mencela balik ke kita,
filsafat sapu lidi yang menandakan nikmatnya hidup dalam kebersamaan, filsafat
semut yang senantiasa mengajarkan kepada manusia dengan semangat gotong royong
dalam keteraturan. Sungguh ada begitu banyak ibrah di luar kelas formal yakni
alam semesta beserta gejala alamnya yang mengajarkan kepada manusia bagaimana
menjalani hidup dan kehidupan ini. Mungkin inilah yang membuat Ebit G Ade
melantunkan tembang manis “cobalah tanya pada rumput yang bergoyang”
sebuah pernyataan dalam lagu yang berorientasi pada kosmologi dengan bertanya
kepada alam.
Ada kemungkinan
bahwa para filsuf juga adalah nabi-nabi yang tidak sempat dituliskan/dilegalkan
namanya dalam beberapa ajaran agama, kita bisa amati bagaimana kepribadian Sokrates
yang dengan kecerdasan luar biasa masih menganggap dirinya paling bodoh bahkan
dengan semangat idealismenya rela mati lewat hukuman meminum racun, Aristoteles
yang dengan kecerdasannya menyusun ilmu-ilmu karangannya dengan
pengklasifikasian yang sangat rapih, serta beberapa tokoh lain yang sangat
menginspirasi kita sebagai manusia yang hidup belakangan.
- V. PENUTUP
Demikian
sedikit pemikiran yang coba saya tuangkan dalam lembara ini berdasarkan
pengalaman pribadi serta pengalaman orang lain baik melalui referensi
kepustakaan maupun pengamatan dan refleksi sejenak tentang bagaimana secara
mudah untuk belajar filsafat. Semoga bermanfaat. Amin
meningkatkan IQ ((Intelligence Quotient))
1. Latih
kemampuan mengamati
Perhatikan
lingkungan sekitar. Rekam dalam pikiran apa yang KAMU lihat. mulai dari yang
paling sederhana dan diteruskan dengan observasi yang lebih rumit
2. Asah
indra
Bisa
dilatih dengan membedakan rasa makanan yang disukai dan yang tidak. Menyadari
bau dan aroma di sekitar atau bunyi-bunyian yang ada di jalan atau mungkin rasa
panas atau dingin udara di sekitarmu
3.
Hafalkan nama teman-teman dan pasangkan nomor teleponnya
Ada berapa yang bisa
diingat ? Latih supaya bisa mengingat lebih banyak
4.
Pelajari sesuatu yang baru
Banyak
membaca dan berkenalan dengan hal-hal lain yang mungkin bukan bidang kamu, bisa
bahasa asing, pengetahuan tentang komputer, dan lain-lain.
5.
Gunakan tangan supaya mengikuti petunjuk otak
Misalnya
bermain gitar, mengetik tanpa melihat tuts, mengerjakan prakarya dari kayu,
atau berlatih menulis halus.
6.
Tekuni hobi
Gunakan
kesempatan untuk mengembangkan hobi kamu
7.
Pelajari dan hafalkan tanggal-tanggal penting
menyangkut
anggota keluarga, teman, atau perayaan tertentu.
8.
Hafalkan sesuatu yang kamu sukai
Bisa
jadi itu puisi, lagu, kalimat dari sebuah buku atau kata-kata seseorang. Sebisa
mungkin juga usahakan agar kalimat yang digunakan adalah bahasa asing.
9.
Latihan menghafal urutan angka berderet panjang
misalnya
32145687390282930498. Ini adalah bentuk latihan memperbaiki daya ingat jangka
pendek. Lakukan dengan mengelompokkan atau memecah bilangan itu menjadi
beberapa bagian, misalnya 3214568 kemudian 7390282 dan terakhir 930498.
10.
Ingat perjalanan pribadi
Apa yang
kamu kerjakan satu jam lalu, minggu lalu pada hari Rabu pukul 10.00, misalnya.
Dengan siapa, di mana, dan seterusnya.
11.
Ingat dan teliti ulang pengeluaran harian
Apa
yang kamu beli kemarin? Berapa uang yang ada dalam dompet kamu sekarang? Kapan
kamu terakhir mengambil uang tunai, dan seterusnya.
12.
menjadi pembaca aktif
biasanya novel itu sangat nyaman di baca oleh remaja (aku
juga suka). nah, biasakan membaca buku yang di luar kenyamanan kita.
contohnyaa sejarah, filsafat, puisi klasik, fiksi
13. Menjadi pengingat yang baik
Mengingat hal-hal tanpa melihat
materi. Terampil melihat sesuatu sekitar 15 menit dan mengingatnya kembali.
Pengulangan adalah kunci untuk menjadi pengingat yang baik
14. Menjadi pemecah masalah
Meningkatkan kecerdasan emosi.
Mungkin agak aneh yaa :D ini bisa menafsirkan dan menganalisis informasi yang
tidak lengkap. Bisa mengubah objek atau logis yang membuat informasi baru yang
sudah kamu miliki
15. Menjadi kreatif
Albert Einstein
pernah berkata, “Imajinasi adalah lebih penting daripada pengetahuan.” Belajar
bagaimana menggunakan pengetahuan dan menerapkannya dalam berbagai
cara-cara baru dapat menambah wawasan baru untuk kamu. kreativitas bisa membawa
peluang baru, memperbaiki dan memajukan pikiran untuk kemungkinan-kemungkinan
baru dan menambah kecerdasan emosional.
Q Remaja Masih Bisa Berubah Naik atau Turun
Jakarta, Pada remaja, suasana hati bukanlah
satu-satunya yang sering berubah-ubah. Ternyata, IQ (Intelligence Quotient)
atau skor kecerdasan juga bisa naik dan turun. Perubahan IQ itu terkait dengan
perubahan struktur otak pada remaja.
Para peneliti di Eropa telah mengetes 33 orang remaja pada tahun 2004 ketika remaja masih berusia 12 hingga 16 tahun. Para remaja ini diberikan tes yang sama empat tahun kemudian, yaitu ketika mereka berusia 15 hingga 20 tahun. Mereka juga menjalani scan otak untuk meneliti struktur otaknya.
Hasilnya, ditemukan bahwa terdapat perbedaan nilai IQ pada tahun 2008 dengan 2004. Beberapa remaja meningkat nilai IQ-nya sebanyak 20 poin, sedangkan yang lainnya turun dengan jumlah yang sama. Skor rata-rata tes IQ adalah sekitar 100.
"Kita cenderung menilai anak-anak dan menentukan program pendidikan untuk mereka sejak awal. Tapi penelitian kami telah menunjukkan bahwa kecerdasan mereka masih mungkin berkembang," kata peneliti Cathy Price, dari Wellcome Trust Centre for Neuroimaging.
"Kami sekarang harus lebih berhati-hati untuk menilai performa yang rendah jika pada kenyataannya IQ para remaja dapat meningkat secara signifikan beberapa tahun kemudian," imbuhnya seperti dikutip dari HuffingtonPost, Kamis (20/10/2011).
Para peneliti juga menemukan bahwa scan otak berhubungan dengan perubahan IQ. Bagi orang-orang yang IQ verbal-nya bagus, materi abu-abu di otak yang bertanggung jawab mengartikulasikan perkataan meningkat. Sementara untuk peningkatan IQ non-verbal, wilayah abu-abu otak yang berhubungan dengan gerakan tanganlah yang meningkat.
"Hasil penelitian ini benar-benar menarik. Orang berpikir bahwa IQ cenderung tetap atau stabil sejak masa kanak-kanak, tapi ada bukti bahwa terjadi perubahan dan berlanjut hingga remaja," kata John Gabrieli, iluwan neuroscience di Massachusetts Institute of Technology yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Standar IQ menurut skala Stanford-Binet adalah:
IQ normal di kisaran 85-115.
IQ di atas 135 dikategorikan cerdas tapi jumlahnya hanya 1 persen saja populasi di dunia.
IQ rendah adalah yang memiliki tingkat IQ di bawah 70. Orang ber-IQ rendah biasanya sulit berkomunikasi dengan orang lain yang biasanya disebut keterbelakangan mental.
Separuh (50%) populasi di dunia memiliki IQ rata-rata di kisaran 90-110, sebesar 25% memiliki IQ di atas rata-rata itu dan 25% populasi di dunia memiliki IQ di bawahnya.
Para peneliti di Eropa telah mengetes 33 orang remaja pada tahun 2004 ketika remaja masih berusia 12 hingga 16 tahun. Para remaja ini diberikan tes yang sama empat tahun kemudian, yaitu ketika mereka berusia 15 hingga 20 tahun. Mereka juga menjalani scan otak untuk meneliti struktur otaknya.
Hasilnya, ditemukan bahwa terdapat perbedaan nilai IQ pada tahun 2008 dengan 2004. Beberapa remaja meningkat nilai IQ-nya sebanyak 20 poin, sedangkan yang lainnya turun dengan jumlah yang sama. Skor rata-rata tes IQ adalah sekitar 100.
"Kita cenderung menilai anak-anak dan menentukan program pendidikan untuk mereka sejak awal. Tapi penelitian kami telah menunjukkan bahwa kecerdasan mereka masih mungkin berkembang," kata peneliti Cathy Price, dari Wellcome Trust Centre for Neuroimaging.
"Kami sekarang harus lebih berhati-hati untuk menilai performa yang rendah jika pada kenyataannya IQ para remaja dapat meningkat secara signifikan beberapa tahun kemudian," imbuhnya seperti dikutip dari HuffingtonPost, Kamis (20/10/2011).
Para peneliti juga menemukan bahwa scan otak berhubungan dengan perubahan IQ. Bagi orang-orang yang IQ verbal-nya bagus, materi abu-abu di otak yang bertanggung jawab mengartikulasikan perkataan meningkat. Sementara untuk peningkatan IQ non-verbal, wilayah abu-abu otak yang berhubungan dengan gerakan tanganlah yang meningkat.
"Hasil penelitian ini benar-benar menarik. Orang berpikir bahwa IQ cenderung tetap atau stabil sejak masa kanak-kanak, tapi ada bukti bahwa terjadi perubahan dan berlanjut hingga remaja," kata John Gabrieli, iluwan neuroscience di Massachusetts Institute of Technology yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Standar IQ menurut skala Stanford-Binet adalah:
IQ normal di kisaran 85-115.
IQ di atas 135 dikategorikan cerdas tapi jumlahnya hanya 1 persen saja populasi di dunia.
IQ rendah adalah yang memiliki tingkat IQ di bawah 70. Orang ber-IQ rendah biasanya sulit berkomunikasi dengan orang lain yang biasanya disebut keterbelakangan mental.
Separuh (50%) populasi di dunia memiliki IQ rata-rata di kisaran 90-110, sebesar 25% memiliki IQ di atas rata-rata itu dan 25% populasi di dunia memiliki IQ di bawahnya.
Komentar