Malam ini
menjadi lebih panjang dari biasanya. Diri terpaku seolah melihat layar yang
sedang menampilkan apa yang telah dilakukan dalam beberapa waktu ini. Waktu terus
berjalan tanpa lelah sebagaimana mestinya. Hanya setangkai daun ini yang selalu terombang
ambing, bahkan dengan semilir angin yang menyejukkan sekalipun.
Menatap lalu
meratap, tanpa perubahan sedikitpun. Menceritakan lalu menyalahkan. Melihat tapi
hati tak tergerak untuk melakukan. Terlalu terkungkung dengan berbagai
ketakutan. Melupakan Sang Maha Kuasa yang akan memberi semuanya. Pemikiran sangat
sempit. Sesempit saat melihat hamparan layar ini. Mata mampu memandang hamparan
namun tak mampu untuk mengambil pelajaran. Sesaat semangat mengobar namun tiba
tiba padam leh keraguan. Lagi-lagi keraguan disalahkan. Padahal sendirinya dari
dalam yang terlalu penakut dengan semua. Terlalu terlena didalam zona nyaman. Waktu
masih memberi kesempatan tapi diri ini selalu menyangkal dengan asumsi bahwa
semuanya telat. Dan keraguan-keraguan lain pun muncul. Muncul begitu saja,
mengantui setiap malam ketika mata ini dipejamkan.
Akan hidup
berlanjut seperti ini? Di balik topeng kenyaman yang fana. Melalaikan lalu
menyalahkan dan sifat malas pun muncul. Mengingat mimpi? Tapi tak mau berlari
menggapai. Seperti orang bdoh yang selalu ditenggelamkan angan-angan setiap
hari mengeluh tanpa semangat. Kehancuran menggerogoti tiap detik
penyesalan. Ketidak syukuran pun tertawa
terbahak-bahak melihat insane ini. Yang terlalu tenggelam sangat dalam.
Berdekatan dengan
bintang. Bak black hole yang selalu menyerap semuanya. Tanpa mampu untuk
memancarkan. Makin lama sang waktu semakin terbuang. Terbuang dengan kesia-sian
yang dibikin sendiri. Paham akan semua. Tapi tetap seperti ini. Sang bintang
tetap pada orbitnya. Dan makin lama
menemukan gugusannya. Lambat laun mulai melupakan bahwa sang bintang mempunyai
ekornya. Sang ekor mulai murka dengan hal-hal yang diluar kendali, sebagaimana
halnya dia tak mampu mengendalikan waktunya. Sang bintang akhirnya bosan dengan
semuanya. Berkali kali kesempatan yamg telah diberikan oleh sang bintang, agar
si ekor bintang ini untuk menjadi bintang dengan sendirinya. Sehingga dengan
mudah untuk menyonsong semuanya. Namuun sang ekor dengan sombongnya kembali
berulah. Benar benar muak. Sang bintang memutuskan hanya focus dengan
gugusannya yang pasti indah. Sang ekor sombong dan menjauh, dengan melukai
beberapa bagian bintang. Dan setelah semuanya ini. Akankah sang ekor bias menjadi
bintang bagi dirinya kembali. Dan me repair semuanya.
Komentar