Pagi ini dikala mentari masih malu malu untuk menampakkan diri. Namu perasaan ku udh mencuat meminta agar aku memahami pribadi ku sendiri. Dalam kebingungan sambil menyesap dinginnya harap akan sebuah kehangatan. Terdengar semu, tp itu nyatanya harapan. Perdebatan nuju pertikaian, yang saban hari tak pernah lelah untuk mencari jalan perdamaian. Apakah ini hal yg kita inginkan? Saling menikam satu sama lain. Bukannya menyatu dan berupaya menjadi padu dalam satu kesatuan. Diriku yg susah mengerti akan mau mu, atau dirimu yg memang ga mau mengerti akan mauku. Atau ini tentang kita yg sama² ga mau mengerti akan mau satu sama lain. Langkah terbentang udh cukup lama dan panjang, segala upaya walau sederhana selalu dilaku bersama. Walau sekarang terasa seakan membeku. Tp akankah kata kita memilih menyerah? Aku bingung dan ragu untuk menentukan jalan, mencoba memahami dan menyiapkan ruang ikhlas adalah cara yg paling pas untuk mencintai hati kecil dalam diri ini. Dalam debat berakhir seoa...
Banyak hal yang membuat lupa Canda, tawa bahkan imajinasi yg berkeliaran Tanpa disadari, diri masuk ke fase prahara Prahara cinta. Ya walau belum terlalu dalam menyelaminya. Tapi sudah basah. Awalanya, cuman membasahi kaki saja. Berdua main air basahi kaki, lambat laun tergiur masuk kelebih dalam. Walau yg satu penuh keraguan. Tapi diri ini menariknya, dengan ekspresi apa dia mengikuti. Enggan tak enggan kadang kala dia juga menikmati bermain bersama. Namun, di kala diri sama sama terlalu lama di dalam air. Akan ada dampak dingin. Dan kami tidak ada solusi, selain menuju kepinggir, untuk meredakan dinginnya diri. Dalam hayalku, kita akan beriringan tangan kepinggir, dan bersama sama mengeringkan diri. Namun hayalku salah. Dia memilih sendiri. Berjalan dan lalu menjauhi. Lalu aku bagaimana? Hanyak mampu menatap nanar punggungnya dr belakang. Ingin ku menghentikan, tapi jauh dalam jiwa aku pun lelah harus menarik2 dan memaksanya. Pikirku sekarang, bukan aku yg di mau. Dan segala hal...